26 Feb
SAFETY DALAM PEKERJAAN ATAP & DINDING METAL

Safety merupakan bagian dari HSE, yang mana sangat krusial dalam suatu proyek, bila terjadi kecelakaan kerja, maka main contractor akan mendapat masalah, baik teguran dari owner, maupun kredibilitas nya sendiri. Beberapa terjadi dimana ada perancah cor yang rupanya belum cukup kuat, dan sudah dilakukan pekerjaan di atasnya, akibatnya perancah runtuh, dan menimbulkan korban jiwa

Dunia atap sendiri merupakan salah satu yang paling tinggi resikonya, meskipun pada kenyataannya lebih jarang terjadi kecelakaan kerja, dibanding jenis pekerjaan lain dalam suatu proyek. 

FIRM menganut sistem perancah, pole ( tiang ) + sling, dan retractable sebagai hal krusial dalam memasang atap, dapat dilihat pada gambar di bawah ini  :

Pole / tiang dapat dipindah-pindah seiring dengan selesainya pemasangan atap, terutama pada daerah nok / bubungan, karena pole ini posisinya terikat atau dikunci dengan batang pipe schafolding dengan clamp hidup, clamp mati, penjepit. Pemasangan ini umumnya pada garis rafter puncak ( areal nok ), posisi paling kiri dan kanan bangunan ( overhang ), dimana pekerjaan ini harus dilakukan oleh safety officer. Pole ini umumnya terbuat dari pipa schafolding tebal 2 – 4 mm, dengan sling yang bisa menahan minimal 200 kg. Jumlah pole tidak boleh terlalu sedikit. 

Apakah fall arrester semacam yang dikeluarkan oleh Acrobat atau MSA cocok dipasang pada tahapan konstruksi ?

Maka jawabnya tidak, karena sifat dari pole + sling ini sangat dinamis, bisa dibongkar pasang kapan saja. Dengan sistem MSA yang lebih kearah permanent penguncian atau pemasangannya, tentu menyulitkan untuk dipindah-pindah. 

Apakah perbedaan double hook dan single hook, dalam pemasangan atap ? 

Sang installer bergerak atau tidak, kalau tidak bergerak, misalnya naik tangga pendek, lalu dicantolkan single hook, lalu dimulai bekerja, dengan platform tangga, maka hanya perlu single hook untuk dicantolkan, tetap seperti gambar di atas, maka sang installer akan bergerak ke sana kemari, maka diperlukan double hook bodyhardness ( dengan damper / peredam kejut ). Caranya adalah setiap berpindah, hook yang dicantolkan ke yang di depan, setelah dicantolkan, hook yang satu lagi dilepas, lalu bergantian. Tidak diperbolehkan bergerak, dengan posisi tidak ada cantolan hook sama sekali, sekalipun sebentar atau cepat gerakannya. 

Ini terjadi pada proyek kami, yaitu proyek pembangkit listrik di Sumatra, dimana sang installer memakai single hook, dan ingin menyantolkan pada sling di depannya, tiba-tiba kakinya tergelincir, tangan nya tidak sempat menyantolkan hook, dan akhirnya merosot ke bawah.  (Beruntungnya, tidak cedera, karena tertahan sesuatu). 

Posisi Pole & sling harus ditentukan dari awal, dengan adanya suatu permodelan atau design, sehingga didapatkan radius jangkauan pole sling yang efektif.

Apakah hal ini membuat pekerjaan menjadi rumit ? jawabnya ya. Dikarenakan pekerjaan ini adalah mengangkat atap, dan terkadang kabel listrik untuk mengebor atau sling malah mengganggu atap. 

Bagaimana solusinya ? bila pada suatu proyek, dirasakan sangat terganggu, maka FIRM memakai sistem retachable cable, alias semacam yoyo, atau semacam safety belt pada mobil, dimana bila ada kejutan tarikan, alat ini mengunci, sehingga otomatis installer tidak terjatuh. Yoyo ini bisa memberikan akses panjang hingga sekitar 15 m.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.